Apabila Anda memiliki atau akan beli property, kelengkapan document sebagai salah satu perihal yang paling penting, dan yang jelas harus ada sertifikatnya. Kalau sudah ada, apa Anda sudah mengetahui apa macamnya? Bila belum, silahkan baca keterangan di bawah ini.

1. Sertifikat Hak Milik (SHM)

Sertifikat Hak Punya (SHM) ialah tipe sertifikat dengan pemilikan hak penuh atas tempat atau tanah oleh pemegang sertifikat itu. SHM jadi bukti pemilikan paling kuat atas tempat atau tanah yang berkaitan karena tidak lagi ada terlibat maupun peluang pemilikan oleh faksi lain.

Hak Punya tersebut ialah hak yang memiliki sifat temurun, paling kuat, dan terpenuh yang bisa dipunyai orang atas tanah di mana tanah tersebut mempunyai peranan sosial. Hak punya bisa dijualbelikan maupun jadi agunan atau jaminan atas hutang dan jika sudah diadministrasikan secara baik, karena itu Anda pemilik tanah memperoleh bukti miliknya yang berbentuk SHM.

Status Hak Punya tak terbatas waktunya seperti bila Anda cuman mempunyai Sertifikat Hak Buat Bangunan (SHGB) yang akan diulas seterusnya. Lewat SHM, pemilik bisa memakainya sebagai bukti kuat dan syah atas pemilikan tanah. Jadi jika terjadi permasalahan, karena itu nama yang tertera dalam SHM ialah pemilik syah berdasar hukum.

2. Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB)

Sertifikat Hak Buat Bangunan (SHGB) ialah tipe sertifikat di mana pemegang sertifikat itu cuman bisa manfaatkan tempat itu untuk membangun bangunan atau kepentingan lain dalam waktu tertentu, sementara pemilikan lahannya digenggam oleh negara.

Sertifikat Hak Buat Bangunan (SHGB) mempunyai batasan waktu tertentu, umumnya 20 sampai 30 tahun, dan bisa diperpanjang. Sesudah melalui batasan waktunya, Anda sebagai pemegang sertifikat harus mengurusi ekstensi SHGB itu.

Hak Buat bisa disimpulkan sebagai hak atas pendayagunaan atas tanah atau bangunan misalkan membangun dan memiliki bangunan di atas tanah yang bukan kepunyaannya sendiri dalam periode waktu tertentu. Hak Buat ini yang bisa diperpanjang periode waktunya, dan dapat dipakai sebagai tanggungan dan bisa diarahkan.

Pemegang Hak Buat harus memberi penghasilan ke kas negara terkait dengan Hak Buat yang dipunyainya. Jika Hak Buat telah diadministrasikan secara baik karena itu pemegang hak memperoleh bukti pemilikan berbentuk Sertifikat Hak Buat Bangunan (SHGB).

3. Sertifikat Hak Satuan Rumah Susun (SHSRS)

SHSRS bisa dihubungkan dengan pemilikan seorang atas rumah vertikal atau rumah atur yang dibuat di atas tanah dengan pemilikan bersama. Penataan pemilikan bersama dalam unit rumah atur dipakai untuk memberikan landasan posisi atas benda tidak bergerak sebagai object pemilikan di luar unit seperti taman dan tempat parkirkan.

4. Girik

Girik sebenarnya bukan merupakan sertifikat pemilikan atas tanah tetapi tipe administrasi dusun untuk pertanahan yang memperlihatkan kepenguasaan atas tempat untuk kepentingan perpajakan. Dalam girik tercantum nomor, luas tanah, dan pemilik hak karena jual beli atau waris.

Girik harus didukung dengan bukti lain misalkan Akte Jual Membeli atau Surat Waris. Bila yang Anda pegang ialah girik, karena itu benar-benar dianjurkan untuk selekasnya mengurusi sertifikat untuk tempat Anda.

5. Akta Jual Beli (AJB)

AJB sebenarnya bukan sertifikat tetapi kesepakatan jual beli dan sebagai salah satunya bukti peralihan hak atas tanah sebagai akibatnya karena jual beli. AJB bisa terjadi dalam bermacam-macam pemilikan tanah, baik Hak Punya, Hak Buat Bangunan, atau Girik. Bukti pemilikan berbentuk AJB umumnya benar-benar rawan berlangsungnya penipuan AJB double, jadi seharusnya selekasnya diubah jadi Sertifikat Hak Punya.